oleh Meutia Amalina
Let me tell
my story as long as 3rd term on 2PA03. ^^
Pertama
kalinya aku tau saya masuk kelas 2PA03, saya menanyakan teman-teman saya di
kelas 1PA05, kelas saya dulu saat tingkat I, siapa saja yang masuk di kelas
2PA03. Ternyata yang masuk di kelas ini bukanlah teman-teman dekat saya. Lalu
saya tidak menganggap hal ini sebagai hal yang terlalu serius, karena teman
bisa dicari di mana saja.
Beberapa
minggu setelah pengumuman masuk di kelas mana, lalu disebarkanlah jadwal mata
kuliah selama semester 3. Ternyata harinya berbentrokan dengan jadwal les bahasa
Jepang saya yang dijadwalkan pada hari Sabtu. Saya mengalami kegalauan selama
berhari-hari, karena saya sangat ingin menguasai bahasa Jepang agar setelah selesai
S1 saya dapat melanjutkan pendidikan saya di Negeri Sakura tersebut.
Saya
menanyakan pada teman-teman saya bagaimana caranya untuk pindah kelas. Setelah itu
saya berkenalan dengan Siti, teman saya di kelas saat ini, dia juga ingin
pindah kelas. Kami merencanakan untuk pergi ke BAAK untuk mengurus perpindahan
kelas. Setelah tiba di BAAK, dipasang pengumuman yang bertuliskan “Perpindahan
kelas tidak dapat dilakukan” kurang lebih seperti itu kalimatnya, lalu aku
merasa sedih yang sangat mendalam, karena saya harus melepaskan les bahasa
Jepang saya yang pada saat itu baru selesai tingkat 1.
Hari
pertama saya masuk, saya janjian dengan Siti untuk pergi bersama ke kelas. Setelah
saya tiba di kampus, Siti sudah menunggu di depan gedung 3 bersama dengan teman
sekelasnya dulu, dia bernama Sanna. Hari pertama masuk ini penuh dengan
tantangan, ruangan kelasnya berada di lantai 5, pagi-pagi sebelum belajar kita
ditantang untuk berolahraga terlebih dahulu. Setelah tiba di kelas, saya
memandang suasana kelas yang ternyata sangat berbeda dari dugaan saya. Karena
pengalaman saya waktu SMP dan SMA dulu saya duduk di kelas yang “berbunyi” 3 di
belakangnya, kelas tersebut sangat berisik, berantakan, pokoknya paling sering
diomongin sama guru-guru di sekolah. Tetapi kelas ini sangat sepi, tentram, dan
damai. Namun masih tersimpan di benak saya, “mungkin ini hanya awal karena kita
belum mengenal satu sama lain, jadi masih sepi”.
Mata
kuliah pertama adalah Psikologi Sosial, saya merasa sangat senang tidak pindah
kelas karena dosennya sangatlah ramah dan menyenangkan. Setelah itu, saya
diajak Siti dan Sanna untuk makan siang. Mereka mengajak saya makan bersama
temannya saat di kelas 1 dulu. Saya merasa sangat canggung, di situ saya hanya
terdiam sambil melihat keluar apakah ada orang yang saya kenal, dan ternyata
ada 2 teman saya yang sedang jajan, namun mereka ada di sebrang jalan, dan aku
hanya melihatnya saja. Setelah itu, kami masuk ke kelas mata kuliah kedua yaitu
Statistika. Di kelas itu, saya berkenalan dengan teman-teman 2PA03 yang menurut
saya baik. Saat itu saya berkenalan dengan Resti, dia juga duduk di sebelah
saya. Dia merupakan anak yang paling pendiam diantara anak-anak pendiam lainnya
termasuk saya. Setiap dia masuk ke kelas mata kuliah apapun dia hanya sendiri. Saya
bingung sekaligus kasihan apa yang harus saya lakukan, jadi jika ada bangku
kosong di sebelahnya, saya duduk di sebelahnya dan mengajaknya mengobrol.
Beberapa
hari kemudian, pada hari Sabtu mata kuliah Klinis, saya merasa sangat senang
karena dosen-dosen yang mengajar kelas 2PA03 benar-benar menarik dan membuat
saya nyaman. Dosen mata kuliah Psikologi Klinis ini sangat lucu dan gemar
sekali melawak. Di kelas ini saya juga berkenalan dengan anak yang pada saat
itu menyendiri juga, dia bernama Maharani atau yang biasa dipanggil Rani. Kasusnya
dia ternyata lebih menyedihkan dari Saya dan Resti, dia ada teman sekelasnya
dulu yang masuk 2PA03.
Setelah
beberapa hari, saya juga berkenalan dengan Ayu yang ternyata naik kereta juga
ke arah Jakarta, jadi saya sering pulang bersamanya.
Lambat
laun, saya mulai terbiasa dengan anak-anak di kelas 2PA03. Dan benar dugaan
saya di awal, bahwa keheningan kelas hanya berlangsung sementara karena belum
mengenal satu-sama lain, namun juga tidak seberisik seperti saya SMP dan SMA
dulu, mungkin karena kami sudah sadar untuk bisa tenang pada saat-saat
tertentu.
Saya
masih tidak bisa meninggalkan saya untuk “mencari jodoh” kata lain dari mencari
seminar gratis di UI. Sambil menyelam minum air, sambil seminar atau workshop,
sambil memandang cowok-cowok kece di UI. Ketika saya menemukan seminar, saya
menghubungi Rani untuk ikutan seminar. Dan Rani pun juga mengikuti kebiasaan
saya mencari cowok-cowok kece di UI.
Banyak
sekali suka dan duka saat semester 3 ini. Resti yang saya kenal sebagai anak
yang paling pendiam diantara yang diam lainnya, ketika saya jalan bersama ke
Margo City bersama dia dan Ayu, ternyata Resti benar-benar beda sekali dari
pandangan pertama saat saya masuk 2PA03. Dia sangat heboh dan ketika berbelanja
dia seperti ibu-ibu, karena pada saat seusia kita biasanya berbelanja
jajan-jajanan, dia berbelanja sayur-sayuran. Itu karena dia anak kost-kostan.
And
for the first time as long as I studied in Gunadarma University, saya yang
tidak pernah melirik atau tertarik dengan cowok-cowok di sini, akhirnya saya
menemukan seseorang yang menurut saya baik. Namun rasa ini tidak berjalan lama,
karena saya sudah mengetahui perasaannya dia terhadapku. Saya juga tidak ambil
pusing untuk terhanyut dalam kegalauan, saya berprinsip “masih banyak yang lain
yang lebih baik dan lebih menyayangi saya, kenapa saya harus galau?”. Lagi pula
saya masih ingin mewujudkan cita-cita saya yang utama, yaitu mengelilingi dunia
dan menyebarkan budaya Indonesia ke seluruh dunia, jadi saya tidak menganggap
hal itu sebagai hal yang menggalaukan.
Mungkin
cukup dulu cerita saya selama semseter 3 ini, sebenarnya masih sangat banyak
yang ingin saya ceritakan. If you want to know me more in, please follow my
twitter @meutiama.
どうもありがとうございました!
0 komentar:
Posting Komentar